Bikin Website hingga Branding, Dosen UMM Ajari Penjual Jamu Manfaatkan Digitalisasi

Minggu, 04 Desember 2022 20:22 WIB   Administrator

Dosen UMM bantu digitalisasi penjualan jamu instan (Foto: Istimewa)

Sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) senantiasa melakukan Tri Dharma perguruan tinggi. Salah satunya yang dilakukan oleh tim dosen Kampus Putih yang diketuai oleh Bapak Wildan Suharso, M.Kom. mereka membantu kelompok usaha jamu berskala kecil di wilayah Sidodadi, Lawang melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Adapun pengabdian ini dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun pada 2022 ini.

Wildan, sapaan akrabnya, menyebut aktivitas tersebut dengan pengabdian digitalisasi penjualan jamu instan berbasis media sosial dan website. Para dosen memberikan pelatihan dan pengarahan agar penjualan jamu bisa meluas melalui media sosial, website maupun alat digital lain.

Baca juga : UMM Tuan Rumah Pimnas ke-35 Paling Menyita Perhatian

“Pada awalnya, kami mengunjungi dan melakukan observasi awal. Setelah mendapatkan data yang cukup, kami kemudian melaksanakan pelatihan produksi dan pengemasan, branding bahkan juga pembangunan website bagi kelompok jamu. Kami juga mengajari para penjual bagaimana memaksimalkan website dan media sosial untuk bisnis mereka,” tuturnya.

Di sisi lain, ketua kelompok usaha jamu D’lima Titik Wahyuno menilai bahwa kegiatan tersebut sangat membantunya dan anggotanya. Mereka bersyukur bisa mendapatkan skill-skill baru untuk meningkatkan pendapatan. Kualitas produksi dan jumlah penjual juga dirasa meningkat berkat pelatihan yang dilakukan UMM.

Baca juga : Jadi Tuan Rumah PIMNAS Ke-35, UMM Sambut Ribuan Peserta dan Dorong Inovasi Insan Muda

“Saya rasa, program seperti ini dibutuhkan oleh banyak pihak. Bukan hanya oleh produsen dan penjaul jamu saja, tapi juga bisa menyasar sektor-sektor lain agar pendapatan dan ekonominya juga makin meningkat. Terimasih kami sampaikan kepada tim UMM yang sudah bersusah payah dan membagi ilmunya kepada kami,” tambahnya.

Adapapun kelompok usaha jamu instan tersebut diberi nama D’lima karena awalnya hanya lima orang yang bergabung saat pertama kali ada. Meski beberapa kali mengalami perubahan nama, namun Titik Wahyuni tetap dipercaya untuk menjadi ketua kelompok. Hal itu tidak lepas dari semangatnya untuk memproduksi jamu dan tetap mengurus kelompok usaha jamu.  (*/wil)

Shared: