Amira ketika melakukan terapi bagi salah satu pengidap autisme (Foto : Istimewa) |
Bermanfaat, berbakat dan berdedikasi menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh Amira Syafana, mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Ddasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Sampai saat ini ia mampu mengumpulkan banyak prestasi. Terbaru, gadis ayu tersebut berhasil menyabet kemenangan pada Lomba Podcast Nusantara dan Juara I Lomba Opini Nasional PENMAS yang diadakan oleh Universitas Negeri Medan.
“Ini hal yang luar biasa dan suatu kebanggaan bagi saya dapat mengharumkan nama prodi dan kampus. Apalagi kategori yang dilombakan cocok dengan ide dan kegiatan saya sehari-hari,” ucapnya.
Pada kompetisi tersebut, Amira mengangkat judul “Merajut Asa Pejuang Merdeka Belajar”. Opini ini memuat tentang implementasi merdeka belajar yang berusaha mengubah keterbatasan manusia menjadi suatu potensi. Menurutnyam setiap anak diciptakan oleh Tuhan dengan potensinya masing-masing. Maka, sebagai orang yang paling berpengaruh dalam membentuk jiwa merdeka anak-anak, Amira mengajak orang tua dan guru wajib menyayangi, mendidik, membina dan mengarahkan mereka.
“Bagaimanapun keadaannya, anak-anak adalah investasi dunia akhirat yang lahir dari rahim seorang ibu. Kelak mereka akan menyumbang banyak pemikiran untuk bangsa dan negara, berkontribusi untuk ibu pertiwi,” tandasnya.
Apa yang disampaikan Amira lewat Opini ternyata tak hanya ide belaka. Ia sudah menerapkan sejak lama dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa yang hobi menulis, membaca dan public speaking ini juga aktif sebagai terapis di Omah Terapih Autis, sebuah Lembaga yang bekerjasama dengan Autism Center Malang. Di sana, ia mengajar basic life seperti membersihkan toilet sikat gigi, memegang sendok, hingga motorik kasar seperti melompat dan jalan.
“ Kebetulan saya mendampingi anak-anak usia sekitar 3-7 tahun. Saya tidak bisa menutup mata dengan keberadaan anak-anak yang spesial. Saya sangat bahagia bisa berbagi dan mendampingi mereka,” urainya.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Amira mengaku mendapat banyak hal positif di tempatnya bekerja. Salah satunya belajar menjaga regulasi emosi dengan baik. Ia juga bisa tahu cara merawat anak dan ilmu-ilmu parenting. Misalnya cara mengelola makanan karena kebanyakand ari mereka tidak bisa makan sembarangan.
Menariknya, Amira tidak hanya menulis opini, tapi dia sudah meluncurkan delapan judul buku. Ia berupaya memberikan semangat bagi mahasiswa dna anak muda lain untuk berkarya. Baik itu berkarya membantu sesama, maupun melahirkan buku dan lainnya. “Mari mulai berpikir bahwa manusia tidak dikekang oleh batas dalam menggapai masa depan. Selalu ingat sesama dan juga mengembangkan potensi yang sudah diberikan oleh Sang Maha Kuasa,” pungkasnya. (tri/wil)