Hasilkan Nol Emisi, Mahasiswa UMM Ciptakan Mesin Elektrolisis Hidrogen 1

Jum'at, 15 September 2023 08:07 WIB   Administrator

Mahasiswa UMM Mengabadikan moment dalam ajang Thailand Inventor's Day 2023, Trade and Exhibition Centre (BITEC). (Foto: Istimewa)

Berawal dari kegelisahan saat menyadari banyaknya jumlah sungai di Indonesia, Mohammad Amin Abil mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mendesain sebuah mesin bernama EH1 (Elektrolisis Hidrogen 1). Ini adalah alat yang digunakan untuk memecah air sungai menjadi oksigen dan hidrogen industri yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan maupun transportasi.

Baca juga: Elisa Kusno, Alumnus UMM Bercerita Uniknya Lebaran di Negeri Kangguru

“Indonesia memiliki sangat banyak sungai. Saya berpikir, bagaimana jika sungai-sungai ini dapat dimanfaatkan untuk Indonesia yang lebih maju di masa depan,”ujarnya. 

Mengajak serta dua temannya, Evita Leninda Fahriza Ayuni dan Shahrul Asy'ari, ia memanfaatkan aliran air sungai yang memutar turbin arcimedes untuk menghasilkan listrik. Listrik ini kemudian digunakan untuk mengelektrolisis, memecah hidrogen dan oksigen, lalu dimasukkan ke dalam gastrap dan kemudian disimpan di storage masing-masing.

“Hasilnya, hidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar nol emisi yang sangat ramah lingkungan. Sementara untuk oksigennya bisa digunakan untuk menunjang layanan kesehatan seperti oksigen di rumah sakit,“ ujarnya. 

Penuh percaya diri, Amin yakin jika inovasi yang berhasil meraih Bronze Medal dalam ajang Thailand Inventor's Day 2023, Trade and Exhibition Centre (BITEC) Februari lalu ini, dapat menjadi salah satu terobosan strategis. Di tengah berbagai isu bahan bakar ramah lingkungan, terobosan yang diusung oleh mahasiswa asal Palu Sulawesi Tengah ini dapat bersaing dengan apik. 

Baca juga: Kucing hingga Kota Pabrik di Pameran Foto UMM

“Saat ini, berbagai negara maju, mulai dari Eropa hingga tetangga kita Singapura, telah banyak menggunakan kendaraan berbahan bakar hidrogen, baik kereta hingga mobil. Semoga segera, Indonesia juga tidak ketinggalan. Kita harus mulai berpikir maju, bahwa Indonesia bisa jauh lebih baik di masa depan termasuk di sisi teknologi,” ujarnya Panjang. 

Adapun inovasi Amin dan kawan-kawannya ini juga dibimbing oleh beberapa dosen. Di antarany Dini Kurniawati, ST. MT., Dr. Ir. Achmad Fauzan Soegiharto, MT., dan juga Andinusa Rahmandhika, S.T., M.Eng. Ketiga dosen tersebut memberikan banyak masukan sehingga alat tersebut bisa dibuat dengan maksimal.

Sejak proses awal hingga akhir, sistem yang diusung Amin benar-benar ramah lingkungan. Saat ini terdapat Grey Hydrogen dimana produksi hidrogen masih menghasilkan limbah (high carbon emmision) dan juga blue hydrogen (low carbon emmision) yang prosesnya masih menggunakan batu bara. Namun hal berbeda diberikan oleh terobosan Amin dan timnya yang masuk pada tataran green hydrogen (zero emmision). 

“Semua proses kami alami dan tentunya tidak merusak alam. Bahkan penggunaan turbin arcimedes juga dilakukan dengan keberlangsungan lingkungan sekitar. Ikan bahkan tetap dapat hidup saat melewatinya,” tambah Amin.

Di akhir Amin berharap, potensi-potensi anak bangsa Indonesia bisa mendapat perhatian lebih. Dengan demikian, impian untuk melihat Indonesia maju, khususnya dalam bidang teknologi segera terpenuhi. “Indonesia punya sangat banyak anak muda berbakat yang mampu mengantarkan menuju Indonesia maju di era 4.0. Ide-ide bagus ini harus diwadahi dan terus dikembangkan untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan,” pesannya. (sil/wil)

Shared: