Merekonstruksi Subak Bali, Pemkab Tabanan Gandeng UMM

Jum'at, 15 September 2023 08:09 WIB   Administrator

Pemerintah Kabupaten Tabanan Melakukan Rapat Koordinasi Dengan Tim dari UMM (Foto : Istimewa)

Demi menjaga kelestarian warisan budaya Subak di Bali, Pemerintah Kabupaten Tabanan menggandeng Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk mengembangkannya. Bahkan Kampus Putih UMM telah mengirimkan tim survei penguatan pengelolaan Subak berkelanjutan pada 7-13 Mei lalu ke Tabanan. Adapun Subak dikenal sebagai organisasi wadah bermusyawarah para petani untuk mengatur sistem tata kelola pengairan pertanian di Bali. 

Masyarakat Bali meyakini, tanpa campur tangan Subak, sistem pembibitan dan produk pertanian tidak akan maksimal. Menariknya, Subak yang ada sejak abad ke 9 Masehi itu telah diakui oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), tepatnya pada 29 Juni 2021 lalu.

Baca Juga : Dosen UMM Beri Saran Perbaikan Jalan yang Tepat

Sayangnya, peran Subak terus berkurang akibat pengaruh global. Sehingga tatakelola pertanian dan irigasi seringkali kurang mendapat perhatian. “Maka, UMM dan Pemkab Tabanan bekerjasama untuk merekonstruksi Subak yang ada. Apalagi pertanian merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Tabanan, Bali,” jelas Bupati Tabanan I Komang Sanjaya.

Ia juga merasa senang dan mengapresiasi adanya diskusi dengan para ahli UMM. Bahkan pihaknya siap membuka kerjasama-kerjasama lain. Tidak hanya di sektor pertanian tapi juga sektor strategis lainnya. 

Selama ini, UMM melalui program Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat (P3M) telah banyak bekerja sama dengan sederet Kepala Daerah. Utamanya untuk berkontribusi nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan Pemkab Bondowoso misalnya, Tim UMM yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Indah Prihartini, MP, telah berhasil mendampingi kelompok tani padi tradisional yang kini beralih ke pertanian organik. Hingga saat ini, ada lebih dari 164 hektar sawah yang telah bersertifikat pertanian organik.

Di samping itu, ada dua sektor yang dikembangkan bersama Pemkab Jember. Yakni mandiri pangan melalui program budidaya pertanian organik dan mandiri energi yang berupa pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Hal serupa juga sudah dilakukan di banyak daerah, baik kabupaten maupun kota. 

Ditemui secara terpisah, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. menjelaskan bahwa UMM harus menjadi lembaga problem solver atas persoalan yang terjadi di masyarakat. Hal itu tak lepas dari realitas bahwa UMM merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem masyarakat. 
“Fardu ain hukumnya bagi UMM untuk memberikan solusi atas persoalan masyarakat. Tidak ada alasan bagi UMM untuk tidak berkotnribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tukasnya.

Baca Juga : Hermawan Kartajaya, Pakar Marketing Internasional Apresiasi CoE UMM

Lebih jauh, Fauzan mengungkapkan bahwa di era yang serba cepat, perlu kemampuan berpikir cepat dan ebrtindak antisipatif. Maka dari itu, UMM juga telah menjalankan program Center of Excellence (CoE) yang menjawab persoalan pengangguran di Indonesia. Termasuk di dalamnya sektor-sektor riil seperti pangan, energi, pendidikan, sosial dan lainnya. Kampus Putih juga memiliki progra P3M yang terdiri dari para dosen dengan berbagai keahlian yang mumpuni. (Wil)

Shared: