Faqih Ruhyanudin, M. Kep., Sp. Kep.MB Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malang (UMM). (foto: Istimewa) |
Tahun baru 2023 memang sudah berlalu. Banyak masyarakat yang turut memperingatinya dengan berkumpul bersama keluarga hingga menyajikan makanan olahan bakar. Namun, siapa sangka, makanan yang dimasak dengan arang berpotensi menyebabkan penyakit kanker.
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malang (UMM) Faqih Ruhyanudin, M. Kep., Sp. Kep.MB, secara umum arang bukan zat karsinogen. Namun memasak dengan arang dapat memunculkan sifat karsinogenik penyebab kanker. Dengan proses yang cukup lama, kanker terbentuk dari sel yang sudah bermutasi karena zat karsinogen.
Semua bermula dari tumbuhnya polip dari sel yang seharusnya ber-apuptosi atau mati secara terprogram. Namun sel tersebut justru tetap hidup dan tumbuh. Meski demikian, dosen yang fokus pada keperawatan medikal bedah ini menyebutkan, sampai saat ini belum diketahui dengan jelas penyebab kanker.
Kecenderungan budaya masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi makanan yang diasap, dibakar atau dipanggang harus diperhatikan karena mengandung senyawa benzopirin. Paparan zat ini dapat menyebabkan peningkatan progresivitas kanker.
Terkait deteksi kanker, ia menjelaskan bahwa peluang sembuh akan tinggi jika bsa dideteksi sejak dini atau sebelum sel kanker menyebar ke area-area lain. Namun, meski sudah dinyatakan sembuh, penderita harus tetap waspada karena sel kanker masih berpeluang muncul lagi di tempat lain. “Terkadang, ketika seseorang didiagnosa terjangkit kanker, orang tersebut langsung cemas dan tidak semangat. Pengaruh pengobatan itu hanya 30% saja, sementara sisanya adalah motivasi diri untuk sembuh dan mengatasi penyakit.” jelas Faqih.
Di akhir, Faqih menyampaikan beberapa tips untuk memulai kebiasaan baik dan mencegah penyakit ini. Dimulai dengan rutin berolahraga atau beraktivitas fisik setiap hari. Kemudian juga menghindari alkohol, obesitas serta memperhatikan pola makanan yang masuk ke dalam tubuh. Rokok juga perlu dihindari serta mengurangi makanan berbahan dasar daging merah tinggi lemak.
“Manusia itu makhluk yang unik. Selain faktor fisik yang sehat, kita juga perlu menjaga kesehatan kondisi psikis dan spiritual kita untuk kehidupan yang lebih optimal. Daripada merayakan sesuatu dengan kegiatan euforia berlebihan, lebih baik melakukan intropeksi dan memperbaiki diri. Baik dari segi fisik, psikis maupun spritual,” pungkasnya. (van/wil)